7 Maret 2022

Penerapan High Order Thinking Skills dalam Pendidikan Indonesia

Perkembangan zaman mendorong segala hal untuk berubah, tidak terkecuali dunia pendidikan. Berkembangnya dunia menjadi serba digital membuat dunia pendidikan ikut tersentuh oleh digitalisasi. Saat ini pun ada banyak hal di sektor pendidikan yang sudah ada versi digitalnya, salah satunya adalah Ujian Nasional yang berbasis komputer dan internet. Namun, era digital tidak hanya mengubah format ujian saja tapi juga tingkatan atau level soal juga. 

Artinya, kualitas materi pelajaran murid di sekolah dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan ini terjadi karena meningkatnya standar pendidikan itu sendiri. Hal tersebut mendorong munculnya istilah-istilah baru di dalam dunia pendidikan, salah satunya adalah High Order Thinking Skills atau disingkat HOTS.

Mengenal High Order Thinking Skills (HOTS)

Soal-soal yang ada pada SBMPTN 2019 sudah menggunakan soal HOTS (Higher Order Thinking Skill) atau soal dengan kemampuan analisis tinggi. Menurut Menristekdikti, Mohamad Nasir, kemampuan calon mahasiswa untuk menganalisa adalah hal yang penting. Maka dari itu, soal HOTS diharapkan dapat membuat siswa terbiasa dengan soal-soal yang membutuhkan kemampuan analisis tinggi.

HOTS (Higher Order Thinking Skill) awalnya dikenal dari konsep Benjamin S. Bloom dkk. dalam buku berjudul Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals (1956) yang mengkategorikan berbagai tingkat pemikiran bernama Taksonomi Bloom, mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi. 

Konsep ini merupakan tujuan-tujuan pembelajaran yang terbagi ke dalam tiga ranah, yaitu Kognitif (keterampilan mental seputar pengetahuan), Afektif (sisi emosi seputar sikap dan perasaan), dan Psikomotorik (kemampuan fisik seperti keterampilan).

Konsep Taksonomi untuk menentukan tujuan belajar ini dapat kita sebut sebagai tujuan akhir dari sebuah proses pembelajaran. Jadi, setelah proses pembelajaran tertentu, siswa diharapkan dapat mengadopsi keterampilan, pengetahuan, serta sikap yang baru.

Nah, High Order Thinking Skills (HOTS) sendiri merupakan bagian dari ranah kognitif yang ada dalam Taksonomi Bloom dan bertujuan untuk mengasah keterampilan mental seputar pengetahuan. Ranah kognitif versi Bloom ini kemudian direvisi oleh Lorin Anderson, David Karthwohl, dkk. pada 2001. Urutannya diubah menjadi enam, yaitu:

  1. Mengingat (remembering)
  2. Memahami (understanding)
  3. Mengaplikasikan (applying)
  4. Menganalisis (analyzing)
  5. Mengevaluasi (evaluating)
  6. Mencipta (creating)

Tingkatan 1 hingga 3 dikategorikan sebagai kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS), sedangkan tingkat 4 sampai 6 dikategorikan sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). 

Menurut Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti, Prof. Intan Ahmad, Ph.D., HOTS adalah satu cara untuk menguji apakah seseorang bisa menganalisis, membandingkan, menghitung, dan sebagainya. 

Prof. Intan juga memberikan contoh dari standar soal HOTS yang biasanya terdapat kalimat-kalimat atau tabel. Mengapa nyamuk bisa terbang lurus, belok, atau bertahan di udara? Lalu, mengapa burung yang juga bisa terbang bisa memiliki kecepatan yang lebih tinggi?. Nah, soal HOTS semacam ini bisa dijawab melalui ilmu Matematika atau Fisika. Terlihat dari soal tersebut, Siswa perlu memahami konsep dari materinya juga.

Mengapa kemampuan dari tingkat analisis dan seterusnya ini penting? Sebagai negara yang masih tergolong negara berkembang, Indonesia perlu untuk meningkatkan kualitas SDM agar dalam persaingan global Indonesia tidak semakin tertinggal. Oleh karenanya setiap individu harus mempunyai kemampuan kognitif yang mumpuni dalam hal analisis, evaluasi, dan penciptaan hal-hal baru.

Bagaimana menurut Anda tentang HOTS ini? Apakah menurut Anda bisa membantu meningkatkan kualitas Pendidikan di Indonesia? 

Untuk mendukung keberhasilan penerapan HOTS, Anda dapat menggunakan fitur eTestPapers yang ada di dalam Jelajah Ilmu. Jelajah Ilmu adalah suatu platform pembelajaran yg memberikan kemudahan bagi pelaku pendidikan seperti kepala sekolah, guru, murid, juga orang tua dalam proses transformasi pembelajaran era baru sehingga dapat meningkatkan pengalaman akademis baik secara online maupun tatap muka, pengelolaan penugasan, komunikasi antar pihak dan juga penyediaan materi buku pembelajaran secara terintegrasi. Hubungi kami untuk mengetahui lebih dalam tentang Jelajah Ilmu.

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya