20 Juni 2021

Apa itu Metode Microlearning dan Alasan Sekolah Perlu Menerapkannya

Pandemi Covid 19 memaksa hampir semua sekolah di dunia melaksanakan pembelajaran daring, yang kemudian metode microlearning pun menjadi naik daun. Banyak sekolah menerapkan metode ini karena dinilai dapat membantu siswa menyerap pelajaran dengan lebih mudah dan dalam tempo yang lebih cepat.

Ingin tahu lebih banyak tentang microlearning dan bagaimana cara penerapan metode ini di dalam kelas? Mari simak penjelasan microlearning selengkapnya di bawah ini.

Apa itu Metode Microlearning?

Seperti namanya, microlearning merupakan metode yang digunakan dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran dengan cara memecah materi menjadi unit-unit informasi yang lebih  kecil atau pendek. 

Istilah  Microlearning muncul pertama kali di tahun 1963 dalam sebuah buku berjudul The Economics of Human Resources karangan Hector Correa.  Namun, sebagai metode  untuk belajar, microlearning mulai mendapatkan perhatian sejak maraknya internet pada tahun 1990-an seiring masifnya penggunaan smartphone.

Dalam microlearning seluruh materi pelajaran dibagi menjadi unit-unit kecil yang disampaikan melalui video, audio, infografis atau gabungan ketiganya dalam sebuah sesi yang berlangsung selama 5 hingga 10 menit.

Konsep microlearning dalam pembelajaran ternyata ditopang oleh penelitian yang menyimpulkan bahwa otak manusia memiliki keterbatasan kapasitas ketika menyerap dan mempertahankan informasi dalam satu waktu tertentu. 

George Millers, seorang psikolog asal Amerika Serikat, mendukung tesis ini melalui penelitiannya yang menyebutkan bahwa dalam sebuah sesi kelas seorang manusia hanya bisa menyerap 5 hingga 9 potong informasi sebelum kemudian menyimpannya dalam memori jangka panjang atau menghapusnya sama sekali dari ingatan. 

Keuntungan Menerapkan Microlearning

Sejumlah laporan yang dibuat selama pandemi menyebutkan, siswa yang mengikuti pembelajaran online cenderung pasif, merasa bosan dan tidak antusias. Tentunya, sulit bagi guru untuk mencapai target mengajar jika siswa tidak tertarik, bosan dan kehilangan motivasi belajar.

Metode Microlearning merupakan salah satu metode paling efektif mengubah murid yang pasif menjadi terlibat dan bersemangat mengikuti pelajaran. Jika sedang mencari metode terbaik untuk memperbaiki kualitas belajar mengajar online di sekolah Anda, ketahui terlebih dahulu 5 keuntungan microlearning berikut ini. 

  1. Meningkatkan Partisipasi


Seperti sudah dipaparkan sebelumnya, microlearning terbukti dapat meningkatkan partisipasi siswa. Selain karena penyampaian sesi hanya mencapai 5 hingga 10 menit per unit materi, terdapat kuis yang diadakan setiap unit materi tersebut selesai disampaikan.

  1. Lebih Mudah Mengingat Pelajaran


Materi singkat yang dikemas secara menarik menggunakan video animasi, infografis dan materi digital lainnya terbukti tidak hanya menarik minat siswa tetapi membuat setiap materi dapat diingat dengan lebih baik.

Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Dimulai, Ini yang Harus Dipersiapkan Guru dan Orang Tua

  1. Memudahkan Guru untuk Update Konten


Karena konten yang disajikan lebih pendek, guru menjadi lebih mudah untuk merevisi dan mengedit. Hal ini tentu menguntungkan karena dapat menghemat banyak waktu dan guru bisa lebih fokus dalam mengajar.

  1. Lebih Efisien

    Karena materi dipecah dalam sub materi yang lebih kecil, siswa dapat memahami pelajaran lebih cepat. Semakin cepat murid menguasai pelajaran, maka efisiensi pembelajaran semakin meningkat.
  2. Lebih Mudah Mengetahui Hasil Belajar 

    Dengan mengajar materi yang spesifik dan dalam waktu singkat, maka memudahkan guru saat mengevaluasi efektivitas pembelajaran. Dengan demikian, guru pun dapat menyempurnakan materi ajarnya dengan lebih mudah.
  3. Materi Pelajaran Menjadi Lebih Personal

    Dengan materi yang pendek, siswa dapat memilih materi mana yang paling dibutuhkan, diinginkan, dan paling relevan untuk mereka pelajari sendiri.  

Kekurangan Metode Microlearning

Selain menawarkan berbagai keuntungan, microlearning juga memiliki sejumlah kekurangan. Sebagai pembanding agar Anda dapat bisa lebih objektif dalam memahami metode belajar satu ini, berikut merupakan sejumlah kekurangan microlearning.

  1. Butuh Waktu Lebih Lama untuk Menyelesaikan Materi

Jika pada umumnya sebuah materi pelajaran dapat diselesaikan dalam satu sesi saja, dalam microlearning Anda membutuhkan dua hingga tiga sesi. Hal ini disebabkan karena sifat microlearning yang dapat membagi materi menjadi berbagai sub materi yang lebih kecil.

  1.  Tidak Cocok untuk Materi Kompleks dan Rumit

Metode ini tidak cocok digunakan untuk materi yang berat dan butuh penjelasan detail. Sebagai contoh, menjelaskan materi tentang fisika kuantum yang rumit.

  1. Dapat Membingungkan jika Guru Tidak Piawai

Karena microlearning berisi topik yang dipecah-pecah menjadi sub topik, siswa bisa terjebak pada kebingungan jika guru tidak dapat menghubungkan dan menarik benang merah dari sekian sub topik yang ada. 

Baca Juga: Dari Pedagogik Hingga Sosial, Ini Kompetensi yang Harus Dimiliki Guru Profesional

Cara Menerapkan Metode Microlearning di Kelas

Setelah membaca fakta-fakta serta kekurangan dan kelebihan microlearning, Anda bisa memutuskan untuk mencoba menerapkan metode ini di kelas Anda. Nah, sebagai panduan, berikut ini cara mengaplikasikan microlearning di kelas:

  • Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah membagi materi ke dalam sub-sub topik yang lebih kecil. Pastikan jika penyampaian sub topik ini tidak memakan waktu lebih dari 10 menit.
  • Microlearning juga bisa dikombinasikan dengan teknik flipped classroom. Caranya, sebelum kelas berlangsung, kirimkan link materi dalam bentuk video maupun infografis ke seluruh siswa. Biarkan mereka mempelajari sub materi tersebut untuk kemudian dibahas dan dilanjutkan ke sub materi selanjutnya. Cara ini efektif untuk menghemat waktu dan merangsang siswa untuk belajar secara mandiri.
  • Selama mengajar berlangsung, pastikan semua murid membawa device yang dibutuhkan seperti smartphone atau laptop. Sampaikan materi digital Anda selama 5 menit. Selanjutnya, ajak siswa untuk semakin terlibat dalam pembelajaran menggunakan kuis online. Sebelum menutup sesi, bagi kelas ke dalam kelompok dan lakukan diskusi.
  • Usai kelas selesai, berikan Pekerjaan Rumah (PR) pada siswa untuk menyimak sub topik selanjutnya. Selain tidak membebani siswa, memberikan PR dengan cara ini dapat mempertajam ingatan siswa terhadap materi yang disampaikan sebelum dan pada saat kelas berlangsung.

Baca Juga: Tips Menjadi Guru Kreatif, Inspiratif dan Inovatif

Kendala utama penerapan microlearning adalah ketersediaan konten yang terbatas. Guru pun dituntut untuk memproduksi konten pembelajaran sendiri seperti video, audio, infografis, kuis hingga game. Namun, tidak semua guru memiliki kapasitas dan waktu untuk menyiapkan seluruh konten tersebut. Untuk itu, Anda butuh bantuan teknologi pendidikan yang dalam hal ini adalah Learning Management System (LMS).

Jelajah Ilmu Sebagai Solusi Terbaik

Bagi Anda yang membutuhkan teknologi pendidikan yang tepat, Acer bekerja sama dengan mySecondTeacher (mysecondteacher.com) menawarkan solusi komprehensif untuk dunia pendidikan, Jelajah Ilmu, yang secara terintegrasi menggabungkan Learning Management System dengan standar internasional yang diadopsi ke bahasa dan kurikulum Indonesia, materi pembelajaran e-book, video interaktif dan bank soal, serta media komunikasi antar pihak dalam 1 platform terpadu.

Jelajah Ilmu memberikan kemudahan bagi pelaku pendidikan seperti kepala sekolah, guru, murid, juga orang tua dalam proses transformasi pembelajaran era baru sehingga dapat meningkatkan pengalaman akademis, baik secara online maupun tatap muka. Jelajah Ilmu dapat diakses di situs jelajahilmu.com.

Nah, jika sekolah Anda yang ingin menerapkan microlearning yang efektif dengan bantuan teknologi pendidikan, tunggu apa lagi? Segera hubungi Jelajah Ilmu dan transformasikan pendidikan di sekolah Anda ke arah yang lebih baik lagi

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya