3 Desember 2021

Meningkatkan Minat Siswa Mempelajari Mulok dengan Bantuan VR

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman adat istiadat, bahasa dan seni budaya. Kenyataan inilah yang menjadi latar belakang pemerintah mendorong pelaksanaan kurikulum muatan lokal (Mulok).

Sejak pertama kali dilaksanakan pada tahun 1987, Mulok terus mengalami perkembangan. Pemerintah bahkan membuat payung hukum pelaksanaan Mulok melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal Kurikulum 2013.

Berdasarkan Permen tentang Muatan Lokal tersebut, definisi Mulok adalah bahan kajian atau mata pelajaran pada satuan pendidikan yang berisi muatan dan proses pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal yang dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap keunggulan dan kearifan di daerah tempat tinggalnya.

Muatan lokal mendorong satuan pendidikan untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak menjadi bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran tersendiri.

Baca Juga: Seperti Apa Tren Teknologi Pendidikan di Tahun 2022?

Tujuan Kurikulum Muatan Lokal

Pembelajaran Mulok memiliki sejumlah manfaat dan tujuan. Berikut ini lima di antaranya:

  1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya. 
  2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya. 
  3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/ aturan-aturan yang berlaku di daerahnya.
  4. Menyadari lingkungan dan masalah-masalah yang ada di masyarakat serta dapat membantu mencari pemecahannya.
  5. Melestarikan dan mengembangkan keunggulan dan kearifan daerah yang berguna bagi diri dan lingkungannya dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

Sejumlah tujuan kurikulum Mulok di atas memang sangat relevan dengan kondisi saat ini dimana keunggulan dan kearifan daerah tengah tergerus perkembangan zaman. Salah satunya adalah bahasa daerah. Catatan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud Ristek yang dilakukan dari tahun 2011 hingga 2019, sedikitnya 11 bahasa daerah di Indonesia telah punah. Salah satu daerah yang mengalami kehilangan bahasa daerah terbanyak adalah Maluku.

Kesenian daerah juga mengalami hal yang sama. Banyak kekayaan kesenian tradisional di Indonesia telah punah. Di Jawa Barat, contohnya. Berdasarkan data UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah pada tahun 2015, sedikitnya terdapat 40 kesenian daerah Jawa Barat telah punah dan 80 jenis kesenian yang juga di ambang kepunahan.

Mulok memang dapat menjadi solusi. Sayangnya, minat siswa terhadap Mulok tergolong rendah. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan Pusat Kurikulum, Balitbang Kemendikbud Ristek, pada sejumlah SMP di Jakarta Timur pada tahun ajaran 2009/2010, ditemukan bahwa Dari 55 siswa yang menjadi objek penelitian, siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk mengikuti kelas Mulok hanya sebesar 27,27%. Sedangkan sisanya mengaku memiliki motivasi sedang untuk mengikuti mata pelajaran tersebut.

Rendahnya motivasi juga tercermin pada raihan nilai yang diperoleh para siswa. Riset menunjukan bahwa 47,27% siswa memperoleh nilai pada kategori sedang, sedangkan siswa yang masuk dalam kategori nilai tinggi mencapai 41,82% dan 3,64% berada dalam kategori sangat tinggi.

Alasan Rendahnya Minat Terhadap Pelajaran Mulok

Penelitian yang sama menemukan adanya korelasi antara kondisi belajar dan rendahnya minat siswa terhadap Mulok. Kondisi belajar yang dimaksud mencakup tiga hal yakni: situasi dalam belajar, waktu yang digunakan untuk belajar dan tempat yang digunakan dalam belajar. Dalam riset tersebut juga ditekankan, semakin kondusif dan mendukung kondisi belajar, maka semakin tinggi pula minat belajar siswa terhadap suatu mata pelajaran. 

Sedangkan secara umum, faktor-faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya motivasi belajar siswa adalah metode pembelajaran yang monoton, penyampaian materi yang sulit dipahami serta minimnya penggunaan media belajar yang dapat meningkatkan ketertarikan dan rasa ingin tahu siswa.

Baca Juga: Larangan Membawa HP ke Sekolah Ternyata Meningkatkan Nilai Akademik, Ini Caranya Agar Murid Tetap Terliterasi Digital

Cerita Sukses Penggunaan VR dalam Pelajaran Bahasa Lokal

Penggunaan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar memang terbukti dapat meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar. Di beberapa negara, teknologi Virtual Reality (VR) digunakan dalam pelajaran bahasa lokal. Berikut ini merupakan cerita sukses penggunaan VR di beberapa lembaga pendidikan di luar negeri.

  • Georgian College

Technology Lead, Rob Theriault, bekerjasama dengan para staf di fakultas Indigenous Studies Georgian College menciptakan sebuah program yang unik dan menyenangkan untuk belajar dan mempraktekkan keahlian bahasa lokal Kanada. Program tersebut adalah VR untuk bahasa Anishnaabemowin.

Saat mempelajari kosa kata bahasa daerah yang berkaitan dengan rumah misalnya, Rob dan timnya menciptakan rumah virtual lengkap dengan perabotan dan memberikan tombol informasi pada setiap perabotan di rumah tersebut. Jadi, ketika mahasiswa menekan tombol tersebut, kata dalam bahasa Anishnaabemowin muncul. Selain itu, ada juga rumah virtual yang sudah menyediakan tombol-tombol untuk pelafalan yang membantu mahasiswa mengeja kata-kata dalam bahasa lokal dengan lebih mudah.

Hasilnya, penggunaan program VR tersebut dapat membuat mahasiswa lebih terlibat dan meningkatkan interaksi. Sejumlah mahasiswa juga mengakui penggunaan VR sangat membantu mereka dalam belajar.

  • Nisga'a Elementary Secondary School

Penggunaan VR dalam pelajaran bahasa daerah juga berhasil meraih kesuksesan di Nisga'a Elementary Secondary School, Kanada. Para murid yang mempelajari bahasa Nisga'a merasakan pengalaman belajar yang jauh lebih menyenangkan. Mereka juga merasakan belajar dengan VR mampu membuat mereka belajar lebih banyak dibandingkan saat sebelum penggunaan teknologi tersebut.

Baca Juga: Syarat, Cara, dan Manfaat Mengikuti Program Pertukaran Pelajar dan Guru

Sekolah Harus Kreatif dan Proaktif dalam Pembelajaran Mulok

Seperti telah disebutkan sebelumnya, salah satu tantangan pembelajaran Mulok di sekolah adalah rendahnya motivasi murid. Untuk itu, sekolah dituntut agar lebih kreatif, misalnya dengan mengadopsi teknologi terbaru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. 

Saat ini sudah banyak produk teknologi pendidikan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Namun, sekolah harus juga proaktif untuk mencari produk teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran Mulok. 

Dalam hal bahasa daerah, contohnya, terdapat aplikasi berbasis VR bernama Kiwa Tengen yang dikembangkan khusus untuk belajar kebudayaan dan bahasa Bali. Sedangkan dalam hal seni tari tradisional Lamongan, terdapat aplikasi VR bernama Viran yang khusus dikembangkan untuk mempermudah sekolah dan guru seni budaya/ guru tari mengajarkan tari Boran yang merupakan tarian tradisional Lamongan.

Nah, itulah sekilas informasi mengenai VR dan peranannya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Mulok. Semoga artikel ini dapat memberi inspirasi bagi sekolah dan khususnya guru mata pelajaran Mulok.

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya