31 Maret 2023

Kurikulum Merdeka Belajar: Pengertian, Tujuan, hingga Latar Belakang

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Nadiem Makarim telah mengganti kurikulum pendidikan Indonesia menjadi Kurikulum Merdeka Belajar. Sebelumnya, kurikulum yang digunakan yaitu Kurikulum 2013. Meskipun penerapan Kurikulum Merdeka Belajar belum sepenuhnya dilaksanakan di seluruh daerah di Indonesia, namun mayoritas instansi pendidikan, terutama yang berada di kota besar, telah beralih ke Kurikulum Merdeka Belajar. Apa itu Kurikulum Merdeka Belajar?

Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar

Seperti dijelaskan pada situs resmi Kemendikbud Ristek, Kurikulum Merdeka atau sering disebut juga dengan Kurikulum Merdeka Belajar adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, di mana konten yang disajikan kepada siswa akan lebih optimal dengan tujuan agar peserta didik dapat memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep serta menguatkan kompetensi. 

Dalam Kurikulum Merdeka, guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Kurikulum Merdeka menggunakan basis projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila. Projek ini dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.

Tujuan Kurikulum Merdeka Belajar

Mengapa Kurikulum Merdeka ini diterapkan untuk mengganti kurikulum yang sebelumnya? Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai pemerintah melalui penerapan kurikulum ini, di antaranya yaitu:

  1. Membuat sekolah dan pemerintah daerah memiliki otoritas untuk mengelola sendiri pendidikan yang sesuai dengan kondisi di daerahnya masing-masing
  2. Membentuk SDM yang berkualitas unggul dan berdaya saing tinggi
  3. Menyiapkan bangsa untuk menghadapi tantangan global era revolusi 4.0
  4. Menguatkan pendidikan karakter melalui Profil Pelajar Pancasila
  5. Menjadi kurikulum baru yang sejalan dengan tuntutan pendidikan abad ke-21
  6. Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara keseluruhan

Latar Belakang Kurikulum Merdeka Belajar

Kurikulum Merdeka Belajar dilatarbelakangi oleh adanya hasil Programme for International Student Assessment (PISA) yang menunjukkan bahwa 70% siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10-15 tahun terakhir. Selain itu, terdapat kesenjangan besar antarwilayah dan antarkelompok sosial-ekonomi dalam hal kualitas belajar yang diperparah dengan adanya pandemi COVID-19.

Untuk mengatasi hal tersebut, Kemendikbud Ristek melakukan penyederhanaan kurikulum dalam kondisi khusus yang kemudian disebut sebagai Kurikulum Darurat. Kurikulum ini diterapkan untuk memitigasi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) pada masa pandemi. Hasilnya, dari 31,5% sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat menunjukkan bahwa penggunaan kurikulum tersebut dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% untuk literasi dan 86% untuk numerasi. Efektivitas Kurikulum Darurat ini semakin menunjukkan bahwa perubahan kurikulum penting untuk dilakukan secara lebih komprehensif. Maka dari itu, disusunlah Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum baru yang lebih komprehensif dibandingkan kurikulum sebelumnya.

Prinsip Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar

Terdapat tiga prinsip pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar, yakni sebagai berikut:

1. Pembelajaran Intrakurikuler 

Pembelajaran ini dilakukan secara terdiferensiasi sehingga siswa dapat mendalami konsep sesuai waktu yang dibutuhkan dan guru dapat memilih perangkat ajar sesuai karakteristik siswanya.

2. Pembelajaran Kokurikuler 

Pembelajaran ini berupa projek penguatan Profil Pelajar Pancasila yang berfokus pada pengembangan karakter dan kompetensi umum siswa.

3. Pembelajaran Ekstrakurikuler 

Pembelajaran ini dilaksanakan sesuai dengan minat yang dimiliki siswa serta sumber daya yang dimiliki satuan pendidik.

Struktur Kurikulum Merdeka Belajar

Secara umum, struktur Kurikulum Merdeka Belajar didasari oleh tiga hal, yaitu berbasis kompetensi, pembelajaran yang fleksibel, serta karakter Pancasila. Selain itu, terdapat pula beberapa prinsip lain yang digunakan untuk pengembangan struktur Kurikulum Merdeka, yaitu sebagai berikut:

1. Struktur Minimum

Struktur kurikulum minimum ditetapkan oleh pemerintah pusat. Namun, satuan atau instansi pendidikan dapat mengembangkan program dan kegiatan sesuai dengan visi, misi, serta sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing instansi.

2. Otonomi

Kurikulum Merdeka Belajar memberi hak otonomi pada satuan pendidikan serta guru untuk merancang proses dan materi pembelajaran yang relevan dan kontekstual.

3. Sederhana

Struktur Kurikulum Merdeka Belajar dibuat sederhana, artinya perubahan dari kurikulum sebelumnya dibuat seminimal mungkin, namun tetap signifikan. Tujuan, arah perubahan, dan rancangannya pun dibuat dengan jelas agar mudah dipahami dan diterapkan.

4. Gotong Royong

Pengembangan kurikulum ini merupakan hasil kolaborasi dan gotong royong dari puluhan institusi, di antaranya yaitu Kementerian Agama, universitas, sekolah, dan lembaga pendidikan lainnya. Selain itu, untuk implementasinya pun juga didasarkan pada asas gotong royong karena satuan sekolah atau guru tidak bisa menerapkan kurikulum ini sendiri, namun harus bekerja sama dengan pihak lainnya yang terlibat, termasuk siswa dan orang tua.

Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar

Implementasi isi kurikulum ini dapat dilaksanakan melalui tiga tahapan sebagai berikut:

1. Asesmen Diagnostik

Tahap pertama yaitu guru melakukan asesmen diagnostik yang merupakan asesmen awal untuk mengenali potensi, karakteristik, kebutuhan, perkembangan, serta pencapaian dari pembelajaran. Asesmen ini umumnya dilaksanakan pada awal tahun pembelajaran, kemudian hasil asesmen akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan perencanaan yang lebih lanjut.

2. Perencanaan

Tahap kedua, yaitu guru menyusun perencanaan mengenai proses pembelajaran yang akan dilakukan selama periode tahun ajar sesuai dengan hasil asesmen diagnostik. Selain itu, guru juga bisa mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan mereka supaya pembelajaran dapat lebih tepat sasaran.

3. Pembelajaran

Setelah dilakukan asesmen dan perencanaan, maka tahap terakhir yaitu pembelajaran. Selama masa pembelajaran, guru tidak hanya akan melaksanakan sesuai perencanaan, namun juga melakukan asesmen formatif secara berkala. Hal ini bertujuan agar guru bisa mengetahui seperti apa progress pembelajaran siswa dan menyesuaikan metode pembelajaran jika diperlukan. Pada akhir proses pembelajaran, guru dapat melakukan asesmen sumatif sebagai ​​proses evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran.

Pemakaian ChatGPT dalam Pembelajaran Siswa

Dunia pendidikan saat ini tidak hanya dihadapkan dengan kurikulum baru, namun juga dihadapkan dengan berbagai teknologi baru yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran, salah satunya yaitu ChatGPT (Generative Pre-trained Transformer). ChatGPT merupakan software berteknologi AI yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan beragam aktivitas sehari-hari mereka, termasuk kegiatan belajar mengajar. Guru bisa memanfaatkan aplikasi ini untuk membuat pembelajaran di sekolah lebih menarik dan interaktif. 

Meskipun ChatGPT dapat membantu siswa belajar, namun perlu diketahui bahwa penggunaannya juga memiliki risiko, seperti keamanan data dan risiko bias. Oleh karena itu, penggunaan ChatGPT dalam pendidikan sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan guru agar tetap bijak dan bertanggung jawab.

Jelajah Ilmu sebagai Solusi Pembelajaran Siswa

Dalam penerapan Kurikulum Merdeka Belajar, diperlukan suatu platform pendidikan yang mumpuni agar kegiatan belajar mengajar dapat selaras dengan kebutuhan pendidikan era modern. Salah satu platform pendidikan terbaik yang bisa digunakan yaitu Jelajah Ilmu. Jelajah Ilmu merupakan platform pendidikan yang dapat membantu para guru untuk menciptakan pengalaman belajar yang paling efektif dan mudah bagi siswa. 

Jelajah Ilmu dapat digunakan untuk menunjang pembelajaran secara hybrid. Misalnya guru memberikan materi pembelajaran secara offline di sekolah, kemudian guru dapat memberi tugas secara online melalui platform. Kemudian, pengumpulan tugas pun juga dapat dilakukan secara online sehingga tugas yang diberikan dapat terdokumentasi dengan baik. Selain itu, guru juga bisa membuat lembar ujian dengan skema penilaian yang akurat pada platform Jelajah Ilmu, sehingga ujian juga bisa dilaksanakan secara online tanpa perlu mencetak soal ujian pada kertas.

Kurikulum Merdeka Belajar sangat cocok diterapkan menggunakan platform canggih Jelajah Ilmu. Gabungan keduanya akan menciptakan pendidikan modern yang dibutuhkan untuk menghadapi revolusi 4.0. Oleh karena itu, instansi sekolah maupun guru sebaiknya menggunakan platform Jelajah Ilmu dalam kegiatan belajar mengajarnya.

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya