12 Januari 2023

Sekolah Digital Kebutuhan atau Sekadar Tren

Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional dan HUT PGRI ke 77, Acer mengadakan seminar dengan tema Sekolah Digital Kebutuhan atau Sekedar Tren yang dipandu oleh Ibu Wilujeng Jatiningsih dan menghadirkan beberapa narasumber seperti Bapak Riko Gunawan selaku Head of Commercial Product dari Acer, Prof. Richardus Eko Indrajit, Direktur SLCC PB PGRI, Dr. Basyarudin Thayib, M.Pd. Pemenang ASSA 2021 Kategori School of the Year SMA Plus PGRI Cibinong dan Dr. Ninik Kristiani  M.Pd, Pengawas Sekolah.

Seperti yang telah diketahui, situasi pandemi membuat banyak bapak dan ibu guru ‘terpaksa’ berkenalan dengan dunia digital dan mengajar secara online dengan menggunakan teknologi dan kondisi ini berlangsung selama kurang lebih 2 tahun.

Tahun ajaran 2022/2023 ini, anak-anak sudah diijinkan untuk kembali ke sekolah dan guru pun kembali ke kondisi awal dimana proses belajar mengajar dilakukan secara konvensional dan banyak dari bapak dan ibu guru yang meninggalkan kegiatan digital yang dulunya sempat digunakan di era pandemi.

Menyikapi hal ini, tentu banyak pertanyaan yang muncul seperti apakah teknologi tidak lagi dibutuhkan saat proses KBM secara luring? Lalu apakah sekolah masih perlu menerapkan digitalisasi dsb. Bersama keempat narasumber. kita akan mencari informasi yang tepat mengenai apakah sekolah digital itu kebutuhan atau sekedar tren?

Narasumber yang pertama yaitu Bapak Riko Gunawan selaku Head of Commercial Product dari Acer membuka webinar dengan menjelaskan Peran serta Acer dalam dunia pendidikan. Bapak Riko menyampaikan, selalu ada dampak positif dari penggunaan teknologi digital salah satunya dapat memicu kita semua untuk bisa lebih maju lagi dalam bertransformasi digital. Lalu bagaimana dengan Acer. 

Sejak 10 tahun yang lalu, Acer telah fokus dalam dunia pendidikan. Peran serta Acer dalam pendidikan ada 4 hal mulai dari: 

  1. Perangkat yang terdiri dari Produk TKDN seperti Chromebook, TravelMate, PC All in One, Desktop, mini PC, hingga server.
  2. Platform pendidikan seperti Jelajah Ilmu yang bisa mengintegrasikan antara siswa, guru, orang tua, hingga kepala sekolah. Jelajah Ilmu menjadi solusi pembelajaran saat ini karena mampu menyediakan beragam fitur yang komprehensif, terintegrasi sekaligus mudah untuk digunakan.
  3. Human resource seperti Acer Smart School Award, dimana Acer bekerjasama dengan PGRI, termasuk mengundang para pakar untuk bisa sharing ilmu dalam webinar.
  4. Security seperti dalam pemeriksaan kesehatan dan asesmen siber pada website untuk produk TKDN.

Narasumber yang kedua adalah Prof. Richardus Eko Indrajit selaku Direktur SLCC PB PGRI yang akan menyampaikan informasi dengan tema Inovasi Pembelajaran Berbasis TIK "The Future Of Schools: Transform Or Gone"

Untuk menjawab pertanyaan seputar apakah digital tools itu sebuah kebutuhan atau hanya sekedar tren, Prof Eko menyampaikan bahwa masa depan pendidikan itu akan selalu bertransformasi yang nantinya akan muncul Technology Driven Education dimana pendidikan difasilitasi secara intensif dengan melibatkan teknologi mulai dari proses belajar mengajar, aktivitas, dan dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja. 

Mengapa hal tersebut dibutuhkan? Karena saat ini pendidikan di Indonesia menghadapi tantangan seperti:

  1. Rutinitas sekolah sangat monoton dan membosankan.
  2. Belajar jadi tidak lagi menarik dan menyenangkan.
  3. Cara mengajar guru yang tidak kreatif dan inovatif.
  4. Ujian yang menakutkan dan menegangkan.
  5. Modul dan alat pembelajaran materi statis dan tidak up to date.

Lalu apa yang dibutuhkan? Yang paling utama dibutuhkan adalah mindset atau keterbukaan pikiran bahwa kita dapat memanfaatkan teknologi untuk bisa melakukan itu semua. Kita semua sudah diberi kemudahan seperti kepemilikan gawai yang semakin banyak, ketersediaan internet yang bisa memberikan pengetahuan tanpa batas, hingga kemudahan berinteraksi dengan sesama.

Prof Eko juga menyampaikan jika ingin sekolah Anda ingin tetap relevan dengan dunia nyata, ada 10 top trend dalam pendidikan yang bisa mulai Anda terapkan dalam sekolah. Diantaranya:

  1. Sekolah yang humanis (menyenangkan)
  2. Guru yang memberdayakan (motivasi)
  3. Kelas inklusif, terbuka, beragam (diversity)
  4. Kurikulum personal yang adaptif
  5. Metode pembelajaran yang menarik (4c)
  6. Konten pembelajaran yang integratif (relevan)
  7. Model evaluasi berbasis pertumbuhan potensi
  8. Pedagogi modern dan berkelanjutan
  9. Utilisasi teknologi pendidikan dan pembelajaran
  10. Seamless collaboration antara guru-orang tua-siswa

Kesimpulan dari pembahasan materi yang disampaikan oleh Prof Eko adalah hanya ada satu jalan dalam bertransformasi, yaitu perubahan menuju masa depan. Perjalanan ke masa depan hanya akan terjadi apabila dari hari ke hari selalu ada hal-hal baru yang diperkenalkan dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Sukses tidaknya transformasi akan terlihat pada meningkatnya motivasi peserta didik dalam belajar secara mandiri.

Narasumber yang ketiga disampaikan oleh Dr. Basyarudin Thayib, M.Pd. Pemenang ASSA 2021 Kategori School of the Year SMA Plus PGRI Cibinong, yang akan menyampaikan Strategi Sekolah Menghadapi Era Disrupsi. 

Materi ketiga dibuka dengan pembahasan mengenai kondisi dimana kita semua saat ini hidup di era revolusi industri dan di era disrupsi seperti penjelasan berikut ini:

  1. Revolusi industri 4.0 menitikberatkan pada otomatisasi dan kolaborasi antara teknologi cyber. Menggabungkan teknologi digital serta Internet dengan industri konvensional (Angela Merkil, 2014)
  2. Revolusi industri menekankan unsur kecepatan dan ketersediaan informasi, dimana entitas dapat selalu terhubung, dan memperoleh informasi dengan mudah satu sama lain. (Schlech Endah. dkk)
  3. Revolusi industri 4.0 menekankan efektivitas, efisiensi, kecepatan, dan ketersediaan informasi/data.
  4. Revolusi industri 4.0 membawa banyak dampak perubahan ke seluruh sektor, termasuk sektor pendidikan.

Dalam revolusi industri 4.0 kita juga akan mengalami era disrupsi. Era disrupsi sendiri adalah era dimana perubahan-perubahan yang terjadi disebabkan adanya disrupsi yang mengubah sistem dan tatanan kehidupan masyarakat secara luas, termasuk bidang pendidikan.

Disrupsi pada dunia pendidikan merupakan konsekuensi dari munculnya era revolusi industri 4.0 yang ‘memaksakan’ pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran, oleh karena itu digitalisasi pendidikan merupakan keniscayaan.

Dalam menghadapi era disrupsi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan seperti meningkatkan sumber daya manusia (terutama dalam hal TIK), melaksanakan transformasi digital, adaptif terhadap perubahan/kecenderungan, terus kembangkan kreativitas dan tidak berhenti melakukan inovasi.

Bapak Basyarudin juga turut menyampaikan apa saja strategi SMA Plus PGRI Cibinong dalam menghadapi era disrupsi, diantaranya:

  1. Responsif Terhadap Informasi Baru

Seperti mendirikan Departemen TIK dan Research Center, merekrut guru yang unggul TIK menjadi tim instruktur (pelatih), membentuk Kopasus IT dari siswa-siswa yang unggul TIK (divisi RPL, TKJ dan Multimedia), menugaskan tim instruktur dan kopasus IT, mencari informasi dan melakukan eksplorasi, membentuk IT Forum (para alumni sebagai sumber informasi perkembangan dan arah TIK kedepan) dan membeli buku-buku referensi TIK terkini.

  1. Berani Menciptakan Inovasi Baru

Seperti reformasi radikal dalam proses pembelajaran tahun 2002 (konvensional menjadi modern berbasis quantum learning), menjadikan TIK menjadi supremasi sekolah tahun 2003, memberi pendidikan keterampilan vokasi sebagai SMA Plus, mendeklarasikan SMA PlUs PGRI Cibinong sebagai SMA Vokasi, membentuk program bimbingan baca Al Quran, mendeklarasikan sebagai sekolah kader bangsa (nasionalis, cerdas dan taqwa), serta mengembangkan sekolah menjadi sekolah digital.

  1. Melakukan Kolaborasi

Seperti melakukan kerjasama dengan SMA Madania Parung dan SMA Mutharo Bandung dalam reformasi pembelajaran, melakukan kerjasama dengan pengembang dalam membangun dan mengembangkan infrastruktur sekolah (Gedung pembelajaran dan gedung penunjang), melakukan kerjasama dengan PT. Telkom dalam pengembangan sekolah digital, melakukan kerjasama dengan Pustekkom Kemdikbud, menyelenggarakan knowledge sharing 3 divisi kopasus IT membuat produk dari hasil kolaborasi, melakukan kerjasama dengan para pakar pembelajaran dan TIK, hingga melaksanakan program tahunan expo vokasi sebagai praktek dari kolaborasi.

  1. Mengubah Pola Pikir

Seperti dari guru aktif menjadi fasilitator dan motivator, berpusat pada guru menjadi berpusat pada peserta didik, administrasi pembelajaran berbasis kertas menjadi berbasis digital, memiliki pikiran bahwa semua siswa adalah cerdas dalam bidang yang berbeda, dan dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi banyak sumber belajar digital.

  1. Memanfaatkan Teknologi Pendidikan

Seperti interaksi antara guru, siswa dan orang tua terintegrasi melalui sistem manajemen informasi yang dibuat sekolah serta membuat aplikasi dipakai oleh sekolah (keuangan, PPDB, absensi dan lain-lain).

Materi keempat disampaikan oleh Dr. Ninik Kristiani M.Pd, selaku Pengawas Sekolah yang menyampaikan materi tentang Sekolah Digital dan Kurikulum Merdeka Belajar. Berbicara tentang bagaimana mengelola sekolah digital, Ibu Bapak Guru dan Kepala sekolah pasti tidak asing dengan Standar Kompetensi Lulusan. 

Dalam Permendikbud No. 5 & 16/2022 Pasal 5, ayat (2) poin c: bahwa dalam pencapaian SKL itu tidak lain dengan cara penumbuhan kompetensi literasi dan numerasi. Literasi itu tidak hanya terkait baca tulis tapi juga termasuk literasi digital. Menyambung dari yang disampaikan oleh Bapak Riko di awal, terkait dengan jelajah ilmu. Maka apa yang ada dalam platform menjadi bagian salah satu sarana untuk mengasah literasi digital. 

Lalu dalam Pasal 7 Permendikbud No. 16 Tahun 2022 disebutkan jika cara untuk

mencapai tujuan pembelajaran (d) adalah dengan menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi. Ini menyambung dari apa yang disampaikan oleh Prof Eko tentang bagaimana memanfaatkan media digital dan bagaimana mengoptimalkan perangkat TIK sampai menjadi sebuah sistem seperti yang disampaikan oleh Dr. Basyarudin.

Hal ini juga selaras dengan apa yang menjadi kebijakan pemerintah. Dalam kurikulum merdeka belajar terdapat merdeka belajar episode 1 hingga ke 22. Di episode ke 19 berkenaan dengan rapor pendidikan. Dalam rapor pendidikan disebutkan tentang platform Merdeka Belajar. 

Apabila bapak dan ibu guru akan melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdiferensiasi itu memerlukan beberapa hal. Karena berdiferensiasi ada 3 macam. Yaitu berdiferensiasi konten berkaitan dengan materi, berdiferensiasi proses berkaitan dengan cara pembelajaran, dan berdiferensiasi produk. 

Pada saat anak diberikan pembelajaran yang berdiferensiasi maka ketika hasil belajarnya diwujudkan dalam bentuk keterampilan tertentu, anak butuh dibekali dengan digital. Sehingga antara program digitalisasi sekolah dengan kurikulum merdeka itu akan beriringan, sinkron, dan bersinergi. 

Itulah pembahasan dari keempat narasumber seputar sekolah digital merupakan kebutuhan atau sekedar tren. Dapat disimpulkan jika digitalisasi tetap diperlukan dalam dunia pendidikan karena digitalisasi paling relevan dengan kondisi saat ini sekaligus dapat membawa banyak perubahan dalam dunia pendidikan. 

Semoga artikel ini bermanfaat dan memberikan inspirasi untuk Bapak dan Ibu Guru dalam melakukan transformasi digital dalam dunia pendidikan. 

Bagikan Artikel

Artikel Lainnya